Jatimraya.com, Surabaya – Taipei Economic and Trade Office in Surabaya atau Perwakilan Taiwan di Surabaya menyatakan Taiwan ingin berpartisipasi dan berkontribusi dalam isu kesehatan dalam forum World Health Assembly (WHA) ke-71 yang akan digelar di Genewa pada Mei 2018.
Director General Taipei Economic and Trade Office in Surabaya (TETOS) Jeffrey SC Hsiao, di Surabaya, Rabu (11/4/2018), mengatakan Taiwan memiliki keunggulan dalam bidang ilmu kedokteran, riset, teknologi, dan layanan medis, “Jika dapat berpartisipasi di forum WHA dan WHO (World Health Organization), Taiwan dapat membagikan pengalamannya dengan negara-negara lain,” katanya.
Selain itu, lanjut dia, Taiwan juga bisa membuat laporan dan pencarian informasi yang signifikan terkait penyakit, dan menjalankan peran yang konstruktif dalam proteksi kesehatan global.
“Bagi Taiwan, kesehatan adalah isu yang sangat penting bagi seluruh umat manusia,” katanya lagi.
Selama ini, lanjut dia, maksud baik Taiwan untuk berkontribusi dalam isu kesehatan dunia dibatasi dengan tidak diizinkan Taiwan untuk berpartisipasi di WHO dan sistem pencegahan penyakit global, padahal Taiwan unggul dalam bidang kesehatan.
Taiwan, kata dia, telah mengimplementasikan Program Jaminan Kesehatan Nasional yang memiliki tingkat cakupan mencapai 99,9 persen secara nasional. Tidak hanya itu, di panggung internasional Taiwan juga telah beralih peran dari penerima bantuan menjadi pemberi bantuan.
Taiwan banyak menciptakan sistem pencegahan penyakit yang komprehensif dan mengorganisir banyak pelatihan yang ditujukan untuk mencegah ebola, MERS, demam berarah, dan zika di kawasan Asia-Pasifik dan Asia Tenggara.
“Kinerja ini membuktikan potensi dan komitmen Taiwan dalam memfasilitasi usaha dalam mencapai tujuan kesehatan global,” ujarnya pula.
Jeffrey mengatakan dalam konstitusinya, WHO dibentuk untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh umat manusia khususnya di bidang kesehatan dan menyatakan bahwa kesehatan adalah hak dari seluruh umat manusia terlepas dari perbedaan ras, agama, kepercayaan politik maupun kondisi sosial ekonomi mereka.
Hanya saja, lanjut dia, mereka tidak mampu menyelesaikan isu terkait larangan Taiwan berpartisipasi di forum WHA. Ini berarti, kata dia, tujuan WHO untuk menyejahterahkan seluruh umat manusia tidak dapat tercapai, karena hak kesehatan dari 23 juta orang Taiwan tidak dapat dipenuhi.
“Jika tujuan dari WHO adalah kesehatan dan kesejahteraan seluruh umat manusia, seharusnya WHO mengesampingkan intervensi politik dan menerima partisipasi Taiwan dengan kedudukan yang setara dalam setiap pertemuan, mekanisme, kegiatan, termasuk di forum WHA,” katanya pula.
Menyikapi hal ini, kata Jeffrey, di sesi ke-142 pertemuan WHO Executive Board pada Januari 2018, negara-negara sepemahaman lain seperti Amerika Serikat dan Jepang sekali lagi menekankan penting partisipasi Taiwan di dalam forum WHA dari perspektif bidang kesehatan masyarakat internasional dan pencegahan penyakit/wabah global.
Taiwan berharap Indonesia, sebagai salah satu negara demokratis terbesar di dunia, dapat mendukung dan menyuarakan hak yang seharusnya dimiliki oleh Taiwan sebagai bagian dari masyarakat internasional untuk berpartisipasi dalam forum WHA ke-71.
Salah satu upaya untuk mewujudkan hal itu, TETOS menggiatkan komunikasi dan kesadaran atas isu kesehatan kepada masyarakat di Jawa Timur dan Indonesia timur dengan mengadakan kegiatan seperti memberikan bantuan medis di Maluku Selatan pada Juni 2016.
TETOS juga menjembatani NGO Taiwan dalam memberikan seminar dan penyuluhan, mengundang rumah sakit daerah untuk mengikuti training program medis yang diselenggarakan oleh Taiwan International Healthcare Training Center (TIHTC) di Taiwan secara gratis di Taiwan.
“Tetos juga memfasilitasi dan mendukung seminar dan kerja sama penelitian terkait layanan medis gawat darurat di Indonesia,” ujar dia.