Glaukoma Demokrasi

Avatar photo

- Pewarta

Senin, 26 Februari 2024 - 16:33 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Hadi Prasetya, pengamat sosial - politik

Hadi Prasetya, pengamat sosial - politik

Oleh: Hadi Prasetya, pengamat sosial – politik

Yuks, dukung promosi kota/kabupaten Anda di media online ini dengan bikin konten artikel dan cerita seputar sejarah, asal-usul kota, tempat wisata, kuliner tradisional, dan hal menarik lainnya. Kirim lewat WA Center: 085315557788.

JATIMRAYA.COM – Ketika kualitas proses demokrasi berjalan tidak baik-baik saja, dan ketika kuantitas electoral menjadi satu-satunya ukuran dalam praksis politik kekuasaan, maka demokrasi kita terkena penyakit glaucoma.

Ibarat penyakit mata, glaucoma adalah kondisi mata yang dapat menyebabkan kebutaan. Berbagai jenis dan tingkat glaucoma, merujuk pada saraf yang menghubungkan mata ke otak rusak, karena tekanan mata yang tinggi.

Pada glaucoma demokrasi, tekanan dapat berupa permainan politik praktis kekuasaan, antara lain berupa:

  1. Intimidasi, tentu oleh mereka yang punya kekuasaan, terkait kasus hukum, black-mail aib diri dsb.
  2. Transaksi electoral, baik berupa money politic (bagi mereka yang mata duitan baik karena kondisi miskin pas-pasan atau matrek), dan juga karir kemakmuran (bagi mereka yang berideologi kemakmuran diri baik jabatan birokrasi, jabatan politik, maupun jatah proyek dan sejenisnya).
  3. Pemanfaatan kelompok voter floating mass (biasanya silent majority) yang cenderung abai (ignorance) tentang nilai demokrasi, juga mereka yang awam makna dan konsekuensi nilai demokrasi, pragmatis serta oportunistik.

Permainan politik praktis kekuasaan yang menyebabkan glaucoma demokrasi ini tentu merupakan tindakan illegal bila didasarkan ketentuan UU tentang demokrasi yang netral, jujur dan adil. Hal yang demikian tentu juga mengandung kecurangan dalam suatu proses kontestasi politik. Kecurangan dalam definisi apapun merupakan tindak pidana.

Persoalannya dalam suatu suksesi, kemenangan harus dilengkapi dengan legitimasi (pengakuan formal). Maka permainan politik praktis yang berisi kecurangan harus dibungkus dengan rapi dan apik sesuai ketentuan peraturan perUU suksesi demokrasi yang seharusnya.

Politik di Indonesia tidak bisa terlepas dari berbagai kepentingan dari dunia internasional, yang dalam millenium ke-3 dewasa ini kapitalisme makin mendominasi peradaban dunia global. Negara dan kapital atau pemerintah dan pasar adalah dua hal yang tidak sepenuhnya bisa dipisahkan.

Ayn Rand dalam Capitalism (1970) menyebutkan 3 asumsi dasar kapitalisme: kebebasan individu, kepentingan diri dan pasar bebas. Dalam perkembangan mazab kapitalisme dunia dewasa ini mendominasi hubungan dalam dua kutub. Pertama, ketergantungan kaum yang tidak berpunya kepada pemilik kapital, Kedua dorongan tanpa henti dan tanpa puas untuk mengakumulasi kapital.

Maka ketika pemerintah diintervensi dan dikontrol oleh kaum kapital (pemodal kaya), itulah sejatinya “plutokrasi” (menurut definisi Merriam-Webster.

Akumulasi kapital cenderung bersifat serakah (greedy), dan bila berkolaborasi dengan kekuasaan, maka tidak bisa tidak harus “curang” (cheating/fraud). Menurut Jonathan Gash: “ Fraud is the daughter of greed”. Persoalannya “curang”nya harus disamarkan dalam prosesi suksesi demokrasi yang netral, jujur dan adil (sesuai UUD/UU yang berlaku di Indonesia).

Lebih lanjut Suzy Kassem mengatakan: “when plutocracy is disguised as a democracy, the system is beyond corrupt” (Ketika plutokrasi disamarkan sebagai demokrasi, sistemnya sudah sangat korup).

Dalam konteks suksesi presiden dalam Pilpres 2024 di Indonesia, issue kecurangan dan stigma plutokrasi sangat mewarnai perdebatan public. Siapa yang mau dituduh curang? Jawabnya tidak ada!. Siapa yang mau dicurangi? Jawabnya tidak ada! Lalu apa curang itu benar-benar ada?

Kalau harus diputuskan ada atau tidak ada, maka kembali ke prinsip negara hukum yang (konon katanya) berkadilan. Tetapi dengan berbagai preseden kasus hukum sebelum ini yang secara telanjang dipertontonkan, apakah masih ada lembaga hukum (dan maaf integritas hakim) yang masih menghormati etika hukum/moral?

Dalam suksesi politik kekuasaan, menang secara (dipaksakan) legal saja tidak cukup harus ada legitimasi (pengakuan secara ikhlas) dari rakyat. Tanpa legitimasi tidak akan ada kondusivitas pemerintahan, apalagi mampu membawa ke era Indonesia emas 204, karena legitimasi rakyatlah yang membangun partisipasi pembangunan.

Peluang bagi aktivis pers pelajar, pers mahasiswa, dan muda/mudi untuk dilatih menulis berita secara online, dan praktek liputan langsung menjadi jurnalis muda di media ini. Kirim CV dan karya tulis, ke WA Center: 087815557788.

Bagaimana mungkin kelas ekonomi menengah Indonesia yag lagi booming dalam bonus demografi dewasa ini, bisa melewati middle income trap, bila situasi pemerintahannya tidak kondusiv akibat plutokrasi yang disamarkan dalam demokrasi. Bagaimana Indonesia bisa maju bila silent majority tidak segera menyadari bahwa mereka sebagian besar sudah terkena glaukoma demokrasi yang makin akut.

Kalau kesadaran rakyat dalam bernegara dan berbangsa, dalam konteks glaucoma demokrasi, ibarat sudah rusak syaraf-syarafnya (baik individual maupaun kelembagaan) yang menghubungkan ke “otak” (baca hati hurani orang baik), maka kebutaan itu pasti dan masa depan mungkin tidak suram lagi tetapi gelap.

Portal berita ini menerima konten video dengan durasi maksimal 30 detik (ukuran dan format video untuk plaftform Youtube atau Dailymotion) dengan teks narasi maksimal 15 paragraf. Kirim lewat WA Center: 085315557788.

Pada akhirnya plutokrasi yang disamarkan sebagai demokrasi, serta kecurangan yang melahirkan kekecewaan dan delegitimasi yang makin besar, meluas dan masiv, akan melahirkan chaos, betapapun penguasa mampu memainkan manajemen konflik diantara rakyat.

Kekecewaan melahirkan kebencian. Dan kesombongan yang terus menerus dari kelompok plutokrasi, misal seperti kalimat: “Anda hebat bila bisa mengalahkan saya” atau misal seperti kalimat tweet “Cara menaklukkan anjing adalah dengan memberinya tulang. Ahai!”, akan melahirkan dendam kesumat.

Investor yang serius bisa mendapatkan 100% kepemilikan media online dengan nama domain super cantik ini. Silahkan ajukan penawaran harganya secara langsung kepada owner media ini lewat WhatsApp: 08557777888.

Seperti kata Friedrich Nietzsche: It is imposible to suffer without making someone pay for it; every complaint already contains revenge.

Atau quote John Dryden: “Waspadalah terhadap kemarahan orang (rakyat) yang (kelihatannya) sabar”.

Dalam khasanah Jawa, tanpa pulung orang bisa menjadi raja, tetapi hanya sementara. Karena kekuasaan dan kedaulatan hanya milik Tuhan. Kebangkitan dan kejatuhan hanya soal waktu. Tetapi seburuk-buruknya kejatuhan seyogyanya yang soft landing, bahkan husnul khotimah. Bukan kejatuhan yang hina, yang dikenang sepanjang masa.

Saya membatin, yang dicari apa to pak? Jangan mainkan kekuasaan melampaui batas terluar (outer limit) karena batas itu menyentuh kedaulatan Tuhan. (Andy Setiawan)***

Berita Terkait

Parlemen Makzulkan Wakil Presiden
Gen Z Mendominasi jadi Kalangan Paling Puas dengan Kinerja Prabowo Subianto Versi Survei Indikator
Hitung Cepat Versi Litbang Kompas, Pasangan Khofifah – Emil Sementara Unggul di Pilkada Jatim 2024
Demokrasi Bajindul Biangane……
Jelang Pilkada Serentak 2024, Kapolsek Geger Berikan Pengarahan Kepada 100 Personel Satlinmas
Wujudkan Pilkada Pamekasan 2024 Berkualitas, Mappilu PWI Pamekasan Akan Libatkan Masyarakat
Roy Suryo Akan Bongkar Keterkaitan Fufufafa dengan Kemenkop
Diungkap Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes., Fufufafa Mengakui Tidak Pernah Kuliah
Jasasiaranpers.com dan media online ini mendukung program manajemen reputasi melalui publikasi press release untuk institusi, organisasi dan merek/brand produk. Manajemen reputasi juga penting bagi kalangan birokrat, politisi, pengusaha, selebriti dan tokoh publik.

Berita Terkait

Kamis, 20 Maret 2025 - 16:18 WIB

Terbaik Beri Pelayanan Kesehatan, RSMZ Sampang Terima Penghargaan Indonesian Golden Best Awards 2025

Rabu, 12 Maret 2025 - 11:16 WIB

Pemkab Malang Pastikan Stok Bahan Pokok Aman Jelang Lebaran 2025

Rabu, 12 Maret 2025 - 07:48 WIB

Kebakaran Hebat Landa Ruko di Magetan, Diduga Akibat Korsleting Listrik

Selasa, 11 Maret 2025 - 10:47 WIB

RSUD Ngantang Butuh Dokter Spesialis Kandungan untuk Tingkatkan Layanan Kesehatan

Kamis, 6 Maret 2025 - 15:17 WIB

Wakil Gubernur Jatim Hadiri Paripurna Sertijab Bupati dan Wakil Bupati Sampang 2025-2030

Senin, 3 Maret 2025 - 11:09 WIB

Jumat Ceria di BRI BO Jemursari: Mewujudkan Work Life Balance dengan Olahraga Bersama

Jumat, 28 Februari 2025 - 18:16 WIB

Warga Tolak Pendirian SPBU AKR di Jl. Dr. Sutomo 69 Surabaya, Cagar Budaya Terancam?

Jumat, 21 Februari 2025 - 21:47 WIB

Resmi Dilantik! HIMPAUDI Bangkalan Siap Hadapi Tantangan Pendidikan PAUD

Berita Terbaru

Polresta Malang Kota menggelar konferensi pers terkait hasil Operasi Pekat Semeru 2025 di Halaman Balai Kota Malang pada Selasa (11/3).

Info Jatim

Polresta Malang Kota Gelar Barang Bukti Operasi Pekat Semeru 2025

Selasa, 11 Mar 2025 - 21:21 WIB