JATIMRAYA.COM – PT Merdeka Copper Gold Tbk (BEI: MDKA) mencatatkan kinerja keuangan yang tetap tangguh di tengah tantangan operasional sepanjang sembilan bulan yang berakhir pada 30 September 2025. Laporan kinerja keuangan dan operasional kuartal III dan 9M 2025 menunjukkan ketahanan laba serta kemajuan signifikan di seluruh portofolio proyek strategis Perseroan.
Sepanjang periode 9M 2025, Merdeka membukukan pendapatan sebesar US$1,28 miliar, turun 23 persen secara tahunan (Year-on-Year/YoY). Meski demikian, Perseroan berhasil mencatatkan EBITDA sebesar US$295 juta, melonjak 33 persen YoY, mencerminkan keberhasilan strategi efisiensi biaya dan optimalisasi margin.
Peningkatan kinerja EBITDA Merdeka terutama ditopang oleh kenaikan harga jual rata-rata emas, peningkatan margin emas hingga 59 persen, serta penerapan disiplin pengendalian biaya di seluruh rantai nilai nikel yang terintegrasi. Langkah tersebut memperkuat kendali operasional dan kualitas eksekusi proyek.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Presiden Direktur PT Merdeka Copper Gold Tbk, Albert Saputro, menyampaikan bahwa kinerja 9M 2025 mencerminkan kekuatan portofolio Perseroan yang terdiversifikasi.
“Meskipun menghadapi tantangan operasional dan penurunan kontribusi pendapatan dari segmen pengolahan nikel, Merdeka tetap mampu mencatat pertumbuhan EBITDA sebesar 33 persen. Hal ini didukung oleh harga emas yang lebih tinggi serta perbaikan margin sebagai hasil dari disiplin pengendalian biaya,” ujarnya.
Dari sisi pengembangan proyek, Merdeka mencatat kemajuan signifikan pada Tambang Emas Pani yang dikembangkan melalui PT Merdeka Gold Resources Tbk (BEI: EMAS). Proyek ini telah memasuki tahap penumpukan bijih (ore stacking), menandai kesiapan menuju fase produksi.
EMAS tetap menargetkan produksi emas pertama pada kuartal I 2026 (1Q26). Selain itu, kapasitas penumpukan bijih dan pabrik heap leach berpotensi ditingkatkan melampaui panduan awal 7 juta ton, sehingga membuka peluang peningkatan produksi emas tahunan.
Baca Juga:
Emak-Emak Mutiara Regency Turun Aksi, Tembok Pembatas Selamat dari Pembongkaran
Jarang Disorot Publik, Eks Glencore Ini Kini Dijuluki Raja Nikel Indonesia
Wakil Bupati Sidoarjo Serahkan Langsung Bantuan Kursi Roda kepada Warga Disabilitas di Tulangan
Perseroan juga menargetkan percepatan pengembangan proyek Carbon-in-Leach (CIL) Pani, dengan konstruksi awal direncanakan dimulai pada 1Q26. Studi Kelayakan yang ditargetkan rampung pada periode yang sama kini disusun berbasis kapasitas 12 juta ton, menggantikan rencana awal 7,5 juta ton.
Pendekatan ini memungkinkan kapasitas pengolahan yang lebih besar dicapai lebih cepat dan mendukung target produksi puncak Tambang Emas Pani sebesar 500.000 ounces emas per tahun.
Pada tahun 2026, Tambang Emas Tujuh Bukit dan Tambang Emas Pani diharapkan memberikan lonjakan signifikan terhadap produksi emas dan arus kas Merdeka, seiring dengan beroperasinya proyek-proyek utama sesuai jadwal.
Di segmen nikel, operasional Merdeka melalui PT Merdeka Battery Materials Tbk (IDX: MBMA) menunjukkan kinerja yang solid. Produksi tambang nikel SCM (Sulawesi Cahaya Mineral) meningkat signifikan, dengan output saprolit naik 89 persen dan limonit tumbuh 51 persen.
Baca Juga:
Jalan Kureksari–Kepuhkiriman Mulai Dibuka, Bupati Sidoarjo Pastikan Betonisasi Rampung
Setelah Lima Tahun Vakum, Sidoarjo Kembali Rayakan Tahun Baru Bersama Warga
Demi Akses Mutiara City, Pemkab Sidoarjo Tabrak Rekomendasi DPRD dan Kajian ITS
Sementara itu, produksi Nickel Pig Iron (NPI) tercatat lebih rendah, namun masih mampu mempertahankan margin yang sehat. Proyek Acid Iron Metal (AIM) yang dioperasikan PT Merdeka Tsingshan Indonesia (MTI) berada pada jalur yang tepat untuk mencapai produksi penuh pada akhir 2025.
Dalam pengembangan High Pressure Acid Leach (HPAL), PT ESG New Energy Material mencatat produksi Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) sebesar 7.181 ton dan penjualan 7.554 ton pada 3Q25. Pembangunan pabrik HPAL PT Sulawesi Nickel Cobalt (SLNC) dengan kapasitas 90.000 ton nikel per tahun juga berjalan sesuai jadwal, dengan target komisioning lini pertama pada pertengahan 2026.
Albert Saputro menegaskan, ke depan Merdeka akan terus mengedepankan alokasi modal yang disiplin, keunggulan operasional, serta penyelesaian proyek secara tepat waktu.
“Dengan posisi likuiditas yang kuat dan visibilitas pertumbuhan produksi jangka pendek yang jelas, kami meyakini Merdeka berada pada posisi yang solid untuk menciptakan nilai jangka panjang yang berkelanjutan bagi seluruh pemangku kepentingan,” pungkasnya. (rif)














