Oleh: Ferdy Ferdian Syahbani (Ahli Kopi)
JATIMRAYA.COM- Perjalanan pola konsumsi kopi khususnya di Indonesia bisa digambarkan seperti perjalanan sebuah gelombang (karena dinilai sebagai sesuatu yang masif). Sehingga sempat juga ada istilah untuk hal itu, dimana pada pola konsumsi kopi kita memiliki sebutan “era wave”. Kita coba menggambarkan situasi pola konsumsi kopi di Indonesia dengan dimulainya era first wave (gelombang pertama), kita ingat pada masa kakek nenek kita dulu untuk menikmati secangkir kopi yakni dengan membeli kopi di pasar (bahkan ada beberapa cerita kala itu kopi yang dibeli bisa berupa greenbean lalu disangrai sendiri di rumah) untuk kemudian diseduh dan dinikmati di rumah. Artinya kala itu sajian kopi masih dinikmati di masing-masing rumah. Kemudian berkembang lagi pada era second wave (gelombang kedua), dimana mulai berdirinya warung kopi atau kedai kopi yang menyajikan minuman kopi sebagai menu yang dijual kepada pelanggan. Sehingga terjadilah pergeseran dimana sebelumnya kopi yang biasa dinikmati di rumah menjadi sajian yang bisa dinikmati di luar rumah pada warung kopi atau kedai kopi.
Lalu berkembang lagi pada era third wave (gelombang ketiga), yaitu ketika orang datang ke kedai kopi sudah menjadi bagian kecil dari gaya hidup, karena pelanggan yang datang bukan hanya sekedar untuk minum kopi, tapi juga untuk berkegiatan sosial. Pertumbuhan kedai kopi juga menjadi semakin bertambah jumlahnya seiring dengan pertumbuhan pelanggannya. Kemudian masuklah kita pada era fourth wave (gelombang keempat), dimana terjadi suatu kondisi yang berkembang lebih detil ketika pelanggan datang ke kedai kopi mulai memilih jenis kopi yang diinginkan. Artinya pengetahuan sebagian orang terhadap kopi lebih berkembang, sehingga ketika mereka datang ke kedai kopi maka bisa terjalin komunikasi yang lebih intens antara pelanggan dengan barista untuk membahas pilihan kopinya dan penentuan menu sajian kopi yang seperti apa terhadap pilihan biji kopi yang telah dipilih. Sehingga bisa semakin komplekslah aktivitas untuk menikmati sajian kopi yang diinginkan.
Dan pada era fourth wave itulah menjadi masa pola konsumsi kopi yang paling seru karena saat itulah terjadi momen semakin semaraknya kompetisi kejuaraan barista baik untuk skala nasional dan lokal setempat, juga keberadaan sekolah kopi yang tumbuh dan semakin diketahui oleh masyarakat kita, bahwa untuk menjadi seorang barista juga ada proses belajar dan pelatihannya. Artinya perhatian masyarakat terhadap obyek kopi juga semakin tinggi. Dan profesi barista menjadi profesi yang semakin menarik terutama bagi para pemuda kita. Selain itu juga ada fenomena menarik lain dalam dunia kopi yaitu kemunculan istilah “Pendekar Kopi” yakni julukan yang disematkan oleh para barista kepada sebagian pelanggannya. Hal ini sempat menarik karena terbilang seru, karena saat itu bisa terjadi “pertarungan” ilmu atau pengetahuan tentang kopi antara barista dengan pelanggannya. Dimana para barista bertahan dengan keilmuannya dan pelanggan tersebut menyerang barista dengan pengetahuannya. Kira-kira bisa dibayangkan keseruan tersebut? Fenomena Pendekar Kopi tersebut cukup mewarnai dengan segala warnanya dalam kehidupan dunia kopi kita, juga dengan segala pernak pernik bagaimana masing-masing barista bersikap terhadap para Pendekar Kopi.
Sepertinya saat ini kita memasuki era fifth wave (gelombang kelima), dimana obyek kopi sudah sangat menarik bagi bangsa kita. Terutama dari sisi bisnisnya yang semakin meriah baik oleh para pemain independent dan pemain chain store. Gegap gempitanya para juara kopi nasional kita di berbagai kategori kelas dunia, seperti barista dan roaster yang menempati ranking yang tinggi di dunia internasional, semakin mengharumkan negara kita selain dari sisi salah satu produsen kopi dunia. Pada era ini sempat diramaikan oleh fenomena penjualan menu es kopi susu yang menjadi primadona kedai kopi atau coffeeshop di Indonesia. Serta mulai “punahnya” para Pendekar Kopi yang sepertinya menjadi indikator semakin meningkatnya kesadaran untuk menikmati kopi lebih sederhana tanpa harus melewati perdebatan dulu. Selain itu dalam era ini sempat juga dikejutkan dengan kenaikan harga kopi di Indonesia yang dinilai fantastis baik untuk jenis arabica dan robusta, bisa dikatakan hal ini baru terjadi dalam waktu beberapa tahun ini. Pada akhirnya bagi pelaku bisnis kopi di Indonesia berharap bahwa kopi bisa menjadi tuan rumah di negerinya sendiri, artinya kopi bukan sekedar gaya hidup tapi merupakan sebuah kebutuhan hidup.