Oleh : N. Syamsuddin Ch. Haesy
JATIMRAYA.COM, Kongres Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) XXV – 2023, yang berlangsung di Hotel éL – Bandung, berakhir dinihari, Rabu (27/9/2023), sekitar pukul 02.00 waktu tempatan.
Di penghujung perhelatan demokrasi a la wartawan tersebut, Hendry Ch Bangun terpilih sebagai Ketua Umum PWI masa kerja 2023 – 2028, melalui proses pemilihan yang demokratis – konstitusional, langsung, terbuka, dan dewasa.
Proses pemilihan berlangsung pada Sidang Pleno yang dipandu pimpinan sidang Syamsir Hamejan (Sekretaris PWI Propinsi Maluku Utara), bersama Luthfi Hakim (Ketua PWI Propinsi Jawa Timur), dan Farianda Putra Sinik (Ketua PWI Sumut).
Baca Juga:
Puluhan Anggota PWI Datangi Kantor PWI Pusat, Desak HCB Dkk Segera Kosongkan Kantor PWI Pusat
Dewan Pers Usir Kubu HCB dari Kebon Sirih
Dalam Rapat UNESCO, Dewan Pers Usulkan Soal Pelarangan Penyiaran Eksklusif Jurnalisme Investigasi
Pada putaran pertama, peserta dari seluruh daerah di Indonesia, memilih tiga kandidat (Atal S. Depari – Ketua Umum PWI Pusat 2018-2023; Hendry Ch Bangun – Sekretaris Jendral PWI Pusat 2008-2013, 2013-2018, dan Zulmansyah Sekedang – Ketua PWI Propinsi Riau).
Luthfi mengumumkan hasil perhitungan suara pada putaran tersebut. Atal S. Depari beroleh 40 suara, Hendry Ch. Bangun beroleh 39 suara, dan Zulmansyah Sekedang 9 suara. Sebagai pemimpin sidang, Luthfi atas persetujuan peserta dan sesuai dengan Tata Tertib Kongres memutuskan proses pemilihan putaran kedua yang diikuti oleh Atal S. Depari dan Hendry Ch. Bangun.
Proses pemilihan pun berlangsung lagi. Hasilnya? Atas S. Depari beroleh 41 suara, dan Hendry Ch. Bangun beroleh 47 suara. Maknanya, dari 9 suara pendukung Zulmansyah, 1 suara diberikan kepada Atal S. Depari, dan 8 suara lainnya diberikan kepada Hendry Ch. Bangun. Kompetisi dua kandidat ini, seperti mengulang peristiwa sejenis pada Kongres PWI XXIV (2018). Kala itu, Atal S. Depari mengungguli Hendry.
Sidang Pleno juga memutuskan Zulmansyah dan Farianda sebagai mide formatur, mendampingi Hendry memimpin sidang pemilihan Ketua Dewan Kehormatan. Sasongko – anggota Dewan Kehormatan PWI 2018-2023 terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Dewan Kehormatan PWI 2023 – 2028, menggantikan Ilham Bintang. Satu daerah menyebut nama Wina Armada sebagai calon, namun gugur dengan sendirinya.
Baca Juga:
Perpres Publisher Rights Blunder, Wina Armada: Karpert Merah Kehancuran Pers Indonesia
Ketua PWI Jatim: Dewan Pers Perlu Mengukur Perilaku jurnalis Dalam Mengontrol Kebijakan Pemerintah
Humas Astra Agro Fenny Sofyan Dianugerahi Top 50 Kartini Humas Indonesia
PWI Wadah Perjuangan
Mengikuti rangkaian agenda dan sidang-sidang Kongres PWI XXV (kecuali pembukaan di Istana Negara – Jakarta), saya menyerap suasana kebatinan kongres yang menggembirakan. Semangat kolektif untuk menjunjung tinggi marwah dan menegaskan kembali eksistensi PWI sebagai organisasi profesi kewartawanan sebagai komunitas kaum intelektual sangat terasa di tengah arus besar pragmatisme.
Secara historis PWI sebagai wadah perjuangan kebangsaan, memainkan peran besar dan strategis atas bangsa ini. Bukan sebagai embel-embel, melainkan sebagai subyek penting dalam menghidupkan ke-Indonesia-an dalam dalam dimensi kebangsaan dan kecendekiaan.
Baca Juga:
Deputi Kemenko PMK Warsito: Guru Olahraga Pilar Utama Implementasi DBON di Sekolah
King’s College London Buka Kampus Pendidikan Internasional Perdana di Kabupaten Malang
Optimalkan Layanan Jalan Tol, Pemerintah Siap Hadapi Libur Nataru 2024/2025
Berbagai kalangan anggota PWI dari berbagai usia dan zaman yang berada di forum kongres mengemukakan gagasan-gagasan penting tentang transformasi kebangsaan dari narrow nationalism ke global nationalism, yang terbabit dengan arus besar gerak perubahan media secara global. Termasuk goyahnya kapitalisme global dan sosialisme mondial di tengah perubahan zaman.
Saya membayangkan, bila dalam Kongres Pertama PWI di Solo (9 Februari 1946) yang menegaskan berdirinya PWI sekaligus memilih Soemanang sebagai Ketua Pertama PWI, bertumpu pada peran strategis PWI dalam memelihara dan memformulasi wujud Indonesia merdeka fase awal. Kongres PWI XXV merupakan momentum perjuangan baru menegaskan kedaulatan bangsa menuju Seabad Indonesia Merdeka (2045) yang lebih berat. Berlangsung di tengah kegamangan, ketidakpastian, keribetan, dan kemenduaan zaman dengan segala gangguannya.
Maknanya, Kongres XXV berada di tengah proses begitu banyak elemen bangsa mengalami kelelahan, disorientasi, dan bahkan ‘sempoyongan’ dalam menghadapi tsunami – badai transformasi sains, teknologi, dan penghancuran nalar khalayak.
Portal berita ini menerima konten video dengan durasi maksimal 30 detik (ukuran dan format video untuk plaftform Youtube atau Dailymotion) dengan teks narasi maksimal 15 paragraf. Kirim lewat WA Center: 085315557788.
Bukan Sebatas Etik dan Perilaku
Kesadaran terhadap hal tersebut mengemuka di sela Sidang-sidang Komisi yang membahas masalah internal organisasi dan program kerja, termasuk advokasi praktik profesi kewartawanan. Juga mengemuka dalam pemandangan umum yang berkaitan dengan tata kelola organisasi (good governance).
Dalam situasi demikian, Hendry dengan 10 fokus akselerasi yang ditawarkan kepada seluruh khalayak kongres, berhasil memantik kesadaran untuk melakukan aksi kembali ke azimuth perjalanan PWI ke depan. Antara lain melalui sikap jelas memandang penting pedoman perilaku wartawan (code of conduct) yang menguatkan kode etik jurnalistik.
Hendry mengemasnya dengan pilihan dan narasi cerdas tentang pemahaman ideologi kebangsaan, tata kelola – manajemen organisasi, kaderisasi berjenjang berbasis pendidikan sebagai bentuk sadar perencanaan kaderisasi kepemimpinan, akomodasi fungsional dan struktural aspirasi daerah sejalan dengan orientasi pengembangan otonomi yang nyata dan bertanggungjawab. Tanpa kecuali, penegasan peran aktif pers di bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya, dengan mendudukkan PWI dalam konstelasi strategis berkaitan dengan rancang kebijakan dan kebijakan negara tentang media.
Gagasan Hendry, saya simak sebagai ekspresi tegas atas kegamangan yang juga dialami pemerintah dalam menyikapi perubahan cepat teknologi informasi, keragaman media, saluran dan platform informasi yang menimbulkan singularitas. Tingkat ketergantungan yang kuat khalayak terhadap perkembangan teknologi informasi. Tanpa kecuali budaya baru internet of think dengan segala varian produknya, termasuk artificial intelligent (AI) dan Generative Artificial Intelligence (GAI).
Urusan PWI sebagai organisasi profesi kewartawanan memang bukan sekadar sebatas manifestasi kode etik jurnalistik dan kodeperilaku wartawan dalam praktik kehidupan sehari-hari. Apalagi sekadar dikaitkan dengan tahun politik.
Kerja Berat yang Harus Dilakoni
PWI mesti memainkan peran strategis dalam seluruh upaya historis, seperti mencegah penghancuran nalar khalayak, menghidupkan budaya kreatif berbasis sains dan teknologi, memediasi keseimbangan keterampilan dengan kearifan, dan menjadi bagian penting kaum (sungguh) cendekia dalam merancang peradaban dan keadaban baru.
Karenanya, dinamika yang berkembang di dalam sidang-sidang komisi dan sidang pleno Kongres XXV mesti dilihat dan diapresiasi sebagai bagian yang mesti menjadi habitus baru PWI sebagai organisasi profesi wartawan sebagai kaum cendekia.
Tentu, dalam keseluruhan konteks dunia pers dan kewartawanan, PWI masih akan harus melakukan kerja-kerja reguler, berkaitan dengan upaya menjaga profesionalisme pers di tengah kuatnya kepentingan pemilik modal.
Juga, bagaimana menguji dan menyajikan kebenaran informasi, agar rakyat mendapatkan informasi yang benar, autentik, berkualitas, berimbang, dan berintegritas. Termasuk aksi reguler yang berat: mendidik anggotanya dan khalayak untuk tidak membiarkan diri pada sesanti “bad news is a good news,” dan punya daya besar menumpas siapa saja yang menyelewengkan profesi wartawan untuk kepentingan non jurnalistik. Tentu, demikian pula halnya dengan upaya peningkatan kesejahteraan (dalam makna luas) wartawan – anggota PWI.
Kerja strategis PWI lainnya berat dan kudu dilakoni kepengurusan PWI 2023-2028 adalah menjadi anasir penting dalam merumuskan desain kebijakan negara tentang transformasi digital, publisher right, dan menggerakkan transhumanitas dalam menghadapi kecerdasan (tanpa ruh) kerja AI dan GAI dalam dunia media.
Tentu Hendry dan pengurus pusat dan Sasongko beserta anggota Dewan Kehormatan PWI Pusat kelak, mesti lebih jeli dalam menegaskan peran PWI di lingkungan Dewan Pers — karena Hendry pernah berpengalaman di situ.
Spirit Ke-Indonesia-an
Saya percaya dan optimistis, PWI lima tahun ke depan dapat memainkan peran lebih kongkret dalam mencapai tujuan organisasi melalui visioneering yang terkelola baik. Tanpa kecuali, membumikan tema kongres, khasnya PWI yang mampu menjawab tantangan era digital dalam realitas pertama.
Sebagaimana yang saya kenal, Hendry, Sasongko dan sejumlah anggota PWI senior lainnya, punya kepedulian besar terhadap keutamaan pendidikan dan peningkatan kualitas profesional wartawan. Termasuk berbagai gagasan tentang basis keilmu-pengetahuan dan formula pendidikan ilmu jurnalistik – komunikasi untuk pendidikan vokasi dan universitas.
Terlepas dari berbagai kepentingan yang mengemuka sebelum dan selama kongres berlangsung, saya memandang Tim Formatur: Hendry Ch. Bangun, Zulmansyah, dan Farianda plus Ketua Dewan Kehormatan Sasongko punya pemikiran yang mengacu pada cara menyelenggarakan organisasi yang lebih bernas dan tangkas (efektif, efisien, produktif, cepat, dan berkualitas).
Berbagai pemikiran yang berkembang selama kongres berlangsung (khasnya dari Agus Sudibyo dan Taufan Eko Nugroho) sangat menarik dan dapat membekali kepengurusan PWI 2023-2028 memasuki ajang transformasi media. serta
Kemampuan Luthfi Hakim bersama Frianda dan Syamsir memimpin dan mengelola sidang-sidang pleno yang dinamis, menunjukkan PWI sebagai organisasi pertama wartawan Indonesia mau dan mampu melakukan perubahan substantif. Khasnya terkait dengan budaya berorganisasi yang menjunjung norma dan nilai demokrasi sebagai cara mencapai harmoni. Menegaskan PWI sebagai Persatuan Wartawan Indonesia. Patut menjadi contoh bagi praktik demokrasi organisasi profesi lain.
Selain itu, Atal S. Depari, Mirza Zulhadi, dan para pengurus PWI Pusat 2018-2023 juga telah menunjukkan kesungguhan kerja dalam menyelenggarakan kongres sebagai ajang musyawarah yang mencerminkan spirit ke-Indonesia-an. Selamat. (Andy Setiawan)***