JATIMRAYA.COM – Situasi keamanan di Papua kembali memanas setelah Marsel Asyerem, Ketua Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Nabire, mendapat ancaman pembunuhan dari kelompok separatis bersenjata TPNPB-OPM.
Ancaman tersebut muncul setelah kelompok militan menuding Marsel telah bekerja sama dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam membina para pemuda asli Papua dalam program bela negara. Informasi sensitif mengenai identitas dan alamat tempat tinggal Marsel telah dikantongi oleh kelompok separatis melalui badan intelijennya, Papua Intelligence Service (PIS).
Menurut laporan PIS, Marsel dan pihak KPA diketahui melatih puluhan pemuda Nabire di Barak Demonstrasi Latihan milik TNI selama tiga bulan terakhir. Program ini tidak hanya menanamkan wawasan kebangsaan dan bela negara, tetapi juga bertujuan untuk membentuk kompi cadangan sipil pro-Pancasila.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Dia orang Papua, tapi bekerja sama dengan Indonesia. Itu tidak bisa ditoleransi,” kata Sebby Sambom, juru bicara TPNPB-OPM, melalui pesan kepada wartawan, Sabtu (17/05/2025). Ia menegaskan bahwa Marsel akan menjadi target eksekusi pertama, diikuti oleh tokoh-tokoh lain yang terlibat dalam program serupa.
Sambom juga mengungkapkan bahwa eksekusi Marsel akan dilakukan oleh pasukan gabungan TPNPB-OPM dari lima Kodap wilayah Meepago. Mereka mengklaim telah melakukan pengintaian dan hanya menunggu waktu yang tepat untuk bertindak.
Sementara itu, nama-nama lain yang masuk dalam daftar target OPM sengaja dirahasiakan, demi menjaga elemen kejutan dan mencegah pelarian.
“Marsel dulu yang kita bunuh, yang lain nanti menyusul. Kalau diumumkan sekarang, babi hutannya kabur,” ujar Sambom dalam siaran persnya.
Dalam pernyataannya, OPM juga memperingatkan semua pemuda dan warga sipil agar menghentikan partisipasi dalam kegiatan pelatihan tersebut. Kelompok bersenjata itu menyebut program tersebut sebagai ancaman langsung terhadap eksistensi gerakan separatis di Papua.
Meskipun program yang digelar tidak berfokus pada pelatihan militer, namun aspek pembentukan karakter dan wawasan kebangsaan disebut cukup membuat TPNPB-OPM merasa terancam.
Hingga berita ini ditulis, belum ada tanggapan resmi dari pihak Pemerintah Kabupaten Nabire maupun aparat TNI terkait ancaman ini. Namun, masyarakat sipil di sekitar lokasi pelatihan dikabarkan mulai merasa khawatir dan meningkatkan kewaspadaan. (as)