Oleh: Gatot Sundoro
JATIMRAYA.COM – Tulisan ini bukan bermaksud menakut nakuti seorang yang ingin beribadah ke tanah suci. Bagaimanapun beribadah ke tanah suci Mekkah dan Madinah bukan hanya sekedar wisata, diperlukan hati yang tulus dan ikhlas agar ibadah yang dijalankan mendapatkan ridho ilahi robbi.
Aku alhamdulillah dikasih ALLOH kesempatan untuk ber hajji, waktu itu tahun 1998, daftar bulan Agustus, berangkat bulan Desember. Hanya perlu waktu 5-6 bulan; dibandingkan dengan sekarang, bayar tahun ini, diberangkatkan hajji 30 tahun yang akan datang. Lagian waktu itu biaya hajji tergolong relatif murah, hanya 8 jutaan (kurs dollar 2.500).
Kenangan yang tak terlupakan, rasanya ingin lagi ber hajji lagi dan lagi. Waktu itu umur masih relatif muda, 40 tahun, istri 35 tahun. Sekarang usia sudah menua, hampir 66 tahun. Dengan biaya hidup yang dikembalikan oleh Pemerintah sebesar 1.500 real per orang, seharusnya setiap jamaah hajji tidak perlu bekal duit lagi. Biaya makan di resto 5-10 real, 3 kali makan, sebulan hanya perlu 450-900 real, lebih dari cukup.
Pengalaman yang teringat seumur hidupku:
- Saat itu sholat jamaah, masjidil haram full sesak. Untuk sujud saja sulitnya bukan main. Kebetulan disebelahku ada jamaah negro, mungkin dari benua Afrika, ia membeberkan sajadah kecil kira kira ukuran 30×40 cm, warna putih ke hitam hitaman. Aku berpikir jorok sekali sajadahnya, baunya pasti apek banget (Dalam hati, saat itu sholat sudah mulai) Nggak tahu kejadiannya, tiba tiba posisi sholatku PAS didepan sajadah si orang Afrika ini. Bisa bayangkan saat sujud, nahan napas seraya mau pingsan.
- Dalam rombonganku ada seorang jamaah wanita, istri seorang kolonel AD (Astaghfirullah), pintar bicara, super cerewet. Dia usai sholat jamaah di masjidil Haram, ngerumpi bahwa disebelahnya sholat seorang jamaah wanita :” Kakinya besar, kayak kaki gajah.” Katanya. Ibu jamaah yang lainnya memperingatkan :” istighfar bu, istighfar.” Si istri kolonel ini malahan tertawa tawa. Suatu saat ketika ia turun tangga mau berangkat sholat ke masjidil Haram, tiba tiba …klek…kaki istri kolonel ini terkilir. Besuknya kakinya bengkak, mungkin sama dengan ceritanya kakinya bengkak sepertu kaki gajah.
Memang benar petuah para pendakwa, ditanah suci. Harus suci bersih lahir batin, hindari dosa dosa akibat perkataan maupun pikiran yang membuat ALLOH tidak berkenan. Segeralah mohon ampunan atas dosa dosa yang telah dilakukan.
Tulisan ini khususnya kutujukan ke saudara saudaraku di Sidoarjo yang akan berangkat hajji seminggu lagi, 3 Juni 2024). (Andy Setiawan)***