SURON.CO, Surabaya – Stunting atau istilah yang digunakan untuk anak-anak yang mengalami gangguan fungsi tubuh diakibatkan kurangnya gizi.
Pada Jum’at siang (10/11), Walikota Surabaya mengatakan sejak 2020 terus menerus melakukan pemberdayaan masyarakat untuk mendapatkan pekerjaan khususnya dalam hal UMKM.
Dirinya mengungkapkan dalam masa pandemi COVID-19 terus menerus melakukan pembinaan secara bertahap yang diyakini apabila masyarakat mendapatkan pekerjaan akan bisa mengurangi angka kemiskinan termasuk stunting yang berada di dalamnya.
“Stunting bisa turun 28,5 % tahun 2021, tahun 2022 menjadi 4,8 % terendah di Indonesia, ” ungkap Eri saat acara talkshow di Dyandra Hotel Convention .
Baca Juga:
Lindungi Perempuan, Pemkot Surabaya Buka Shelter Korban KDRT
Ketua IMI Surabaya Ajak Pecinta Balap Maksimalkan Sirkuit GBT
Eri mengatakan turunnya angka stunting di Surabaya bukan karena hasil kerja usaha dirinya, melainkan dari warga Surabaya sendiri yang memiliki antusias untuk bangkit dari keterpurukannya sendiri.
Ia juga mengungkapkan dirinya memegang perkataan Bung Karno yang mengatakan ‘Perjuangan mu lebih berat karena melawan bangsamu sendiri’.
Kedua, ia memegang perkataan Bung Toemo dimana pada saat berjuang membebaskan kota Surabaya dari penjajah tidak pernah mengatakan pengusiran tersebut bukan dari dirinya melainkan dari ‘arek-arek Suroboyo’.
Ia mengatakan, untuk masalah menghadapi stunting yang tinggi juga dibantu oleh pihak kejaksaan dan kepolisian.
Baca Juga:
Kisah Petani Pepaya Raup Omzet Rp36 Juta Per Bulan Berkat Pinjaman Ultra Mikro BRI
Cerita Penjual Ayam Kampung Terbantu Keberadaan Kredit Ultra Mikro Yang Disalurkan AgenBRILink
“Bahkan kepolisian dan kejaksaan disana ikut bagi-bagi susu. Juga, semua pengusaha di Surabaya itu seperti menjadi orang tua asuh untuk kemiskinan ekstrem, ” ujarnya.
Pada akhir Desember 2021, Eri mengatakan UMKM di Surabaya mulai melakukan transisi menggunakan teknologi digital sampai akhir 2023 saat iniini mendapati belanja UMKM sebesar 90,7 miliar. Akan tetapi, APBD Kota Surabaya yang dipergunakan untuk UMKM dimana angkanya tercatat sebesar 3,2 trilliun berdasarkan LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah)
Namun dibalik meningkatnya UMKM, Eri mengakui masih banyak ASN di kota Surabaya yang malu untuk menggunakan produk UMKM meskipun para pihak ASN menginginkan angka stunting turun dengan mengembangkan sektor UMKM.
“Mohon maaf, yang saya gunakan hari ini dari baju sampai celana dan sepatu saya ini produk UMKM Surabaya. Maksudnya apa, saya ingin mengajak. Bahwa ayo kita pakai produk UMKM, ” kata Eri
Baca Juga:
Usaha Endog Lewo Garut, Sukses Tingkatkan Produksi Berkat Pemberdayaan BRI KlasterkuHidupku
“Kalau UMKM harganya murah, terus dipakai tidak enak siapa yang salah?? Yang bodoh siapa?? Pemerintahnya. Karena pemerintah itu adalah komite dari UMKM, ” tegas Eri.
Eri menyayangkan sikap beberapa ASN kota Surabaya yang gengsi. Meskipun begitu, dirinya tetap mendukung pelaku UMKM mulai dari memantaunya hingga memastikan para pelaku UMKM memperoleh omzet diatas 5 juta per bulan.
Saat wawancara dengan wartawan, Eri Cahyadi mengatakan dirinya berharap dengan adanya pertemuan tersebut semua kabupaten hingga kota bisa berkolaborasi mengembangkan dan memajukan UMKM.
Dirinya juga menarget capaiannya dalam mengatasi angka stunting di Surabaya harus lebih kecil daripada saat ini.
Portal berita ini menerima konten video dengan durasi maksimal 30 detik (ukuran dan format video untuk plaftform Youtube atau Dailymotion) dengan teks narasi maksimal 15 paragraf. Kirim lewat WA Center: 085315557788.
“Jadi untuk stunting target kita ada 0 % dan kemiskinan dibawah 2 % ditahun depan, tahun 2024. Pokok insyaallah bisa berhasil, ” kata Eri kepada wartawan surabayaonline usai acara talkshow.
“Jadi target kita (Pemkot Surabaya) adalah mengentaskan kemiskinan dengan melakukan pergerakan UMKM, ” tutupnya. (Andy Setiawan)***