Oleh: Anwar Hudijono
JATIMRAYA.COM, Presiden Jokowi didampingi Menko PMK Muhadjir Effendy akhir November lalu melepas bantuan kemanusiaan tahap kedua ke Palestina yang rakyatnya menjadi korban kebiadaban rejim Zionis Israel.
Pada hari yang sama Muhadjir melepas bantuan kemanusiaan ke Afghanistan yang dilanda bencana alam gempa bumi.
Sebelumnya Indonesia mengirim bantuan serupa ke Vanuatu, Myanmar, Pakistan, Turki, Suriah dan lain-lain.
Baca Juga:
Tangguh Awards 2024, Menko Muhadjir: Perlu Ada Edukasi, Perlu Data dan Menanamkan Nilai Kewaspadaan
Majukan Pendidikan Vokasi, Menko Muhadjir Resmikan SMK Asy-Syarif Mitra Industri Mojokerto
Menko Muhadjir: Peran KBPII Sangat Besar Bantu Pemerintah untuk Menjaga Kelas Menengah
Bantuan itu dikemas dalam Diplomasi Kemanusiaan. Artinya bantuan itu semata atas alasan kepentingan kemanusiaan di atas kepentingan lain.
Contohnya bantuan kemanusiaan ke Vanuatu. Sama sekali tidak dimaksudkan melunakkan negara itu untuk melepas dukungan terhadap kelompok separatis Papua atau Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Bantuan ke Afghanistan diberikan meski Indonesia tidak mengakui rezim Taliban. Kendati demikian prosesnya tetap “kulanuwun” kepada rezim Taliban sebagai adab tatakrama pergaulan.
Humanitarian diplomacy atau diplomasi kemanusiaan memang tidak melulu bantuan sosial kemanusiaan. Seperti gencatan senjata, pertukaran tawanan perang.
Baca Juga:
Memasuki Musim Hujan, Pemerintah Perpanjang Operasi Modifikasi Cuaca di Kawasan IKN
Tinjau Gedung RSUD Sepaku, Menko Muhadjir Adakan Kuis Seputar Edukasi Stunting dan Program Gizi
Tapi untuk Indonesia lebih fokus ke bantuan sosial korban bencana, korban perang. Justru di sinilah kekhasan dan keunggulan Indonesia dalam mengambil peran global.
Bahkan terlihat lebih menonjol dibanding diplomasi di bidang lain seperti politik, ekonomi dan perdagangan.
Memang di dalam negeri sendiri terkadang muncul pertanyaan mengapa getol memberi bantuan ke luar negeri sementara rakyat sendiri sangat bahkan lebih membutuhkan. Kok kemenyek banget, sekadar pencitraan.
Tidak salah memang banyak rakyat yang membutuhkan. Tetapi bantuan yang boleh dibilang bernilai infak itu sejalan dengan perintah Allah di Quran surah Ali Imran 133-134. Ciri orang yang bertakwa adalah yang berinfak di kala lapang maupun sempit. Jadi bantuan itu memiliki landasan moral yang kuat.
Baca Juga:
Menko Muhadjir Pimpin Rakor Peningkatan SDM di Kantor Ibu Kota Nusantara
Menko Muhadjir Tinjau Langsung Penanganan Bencana banjir Bandang di Ternate
Menko PMK Muhadjir Effendy Warning Pornografi Berkembang Pesat
Tren ke depan masalah kemanusiaan akan cenderung naik sejalan dengan meningkatnya perang dan bencana alam. Untuk itu di sini Indonesia bisa meningkatkan peran globalnya melalui diplomasi kemanusiaan sehingga Indonesia di mata dunia tidak sekadar warga biasa tanpa peran berarti. (Andy Setiawan)***