JATIMRAYA.COM – Setelah enam hari pencarian tanpa lelah, Tim SAR gabungan akhirnya menuntaskan misi kemanusiaan dalam tragedi tanah longsor di Trenggalek. Enam korban dari satu keluarga yang tertimbun longsor di Dusun Kebonagung, Desa Depok, Kecamatan Bendungan, berhasil ditemukan.
Pada pencarian hari ke-6, Sabtu (24/05/2025), empat korban terakhir berhasil dievakuasi dari timbunan material longsor setinggi tiga meter. Keempatnya adalah Tulus (63), Yatini (59), Nitin Prawesti (37), dan seorang balita bernama Thoriq Haidar Nafis (2). Mereka ditemukan dalam kondisi meninggal dunia dan langsung dilarikan ke RSUD dr. Soedomo, Trenggalek, untuk proses identifikasi lebih lanjut.
Sebelumnya, dua anggota keluarga lain, Mesinem (82) dan Yatemi (65), yang merupakan kakek dan nenek korban, telah ditemukan lebih dahulu pada Kamis (22/05/2025).
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Alhamdulillah, seluruh korban tanah longsor Trenggalek telah ditemukan. Proses evakuasi hari ini terbantu oleh cuaca cerah dan kerja keras semua potensi SAR,” kata Nanang Sigit, Kepala Kantor SAR Kelas A Surabaya, dalam siaran pers resmi.
Joko, salah satu personel SAR Trenggalek, menegaskan bahwa seluruh korban merupakan satu keluarga yang tinggal serumah di kawasan rawan bencana pada ketinggian 400–700 meter di atas permukaan laut (MDPL).
“Iya, semua korban itu anggota keluarga: kakek, nenek, anak, menantu, hingga cucu. Semua tinggal serumah,” ujarnya saat dihubungi jurnalis.
Operasi pencarian melibatkan berbagai unsur, mulai dari aparat negara, relawan, hingga penggunaan ekskavator dan penggalian manual. Upaya kolaboratif ini menunjukkan betapa pentingnya sinergi dalam menghadapi bencana alam seperti tanah longsor di Trenggalek.
Setelah proses identifikasi selesai, keempat korban terakhir langsung dimakamkan di pemakaman umum desa setempat.
Tragedi tanah longsor Trenggalek ini menjadi pengingat keras bagi masyarakat yang tinggal di wilayah pegunungan untuk selalu waspada, terutama di musim hujan. Pemerintah daerah diimbau segera melakukan mitigasi risiko bencana demi mencegah jatuhnya korban jiwa di kemudian hari. (as)