Oleh: Gatot Sundoro
JATIMRAYA.COM – Berbohong dalam agama Islam tentu saja dilarang, apalagi berbohong dengan menjual nama Nabi saw merupakan perbuatan yang amat tercela; dampak dari perbuatan berbohong itu pun juga ada.
Dalam ilmu hadits, berbohong dengan sandaran atas nama Nabi saw disebut sebagai hadits palsu. Jika seseorang berbohong atas nama Nabi saw, ada konsekuensi hukumnya tersendiri di sisi ALLOH.
Dari Al Mughirah, ia mendengar Rasulullah saw bersabda:” Sesungguhnya berdusta atas namaku tidaklah sama dengan berdusta pada selainku. Barangsiapa berdusta atas namaku secara sengaja, hendaklah dia bersiap siap menempati tempatnya di Neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Berbohong atau berdusta, dalam Al Qur’an banyak sekali dicantumkan, ancaman keras ditujukan kepada para pendusta.
” ALLOH tidak memberi petunjuk kepada orang yang boros dan pendusta.” (QS. Ghafir : 28).
” Celaka bagi orang yang pembohong dan pendosa.” (QS. Al Jatsiyah : 7).
” Sesungguhnya yang mengada ngadakan kebohongan, hanyalah orang orang yang tidak beriman kepada ayat ayat ALLOH, dan mereka itulah orang orang pendusta.” (QS. An Nahl : 105).
Bahkan Rasulullah saw mengungkapkan bahwa orang orang yang suka berdusta di capnya sebagai orang yang munafik.
Rasulullah saw bersabda:” Tanda orang munafik ada tiga. Apabila berbicara ia berdusta, apabila berjanji ia ingkar, dan bila dipercaya ia khianat.” (HR. Bukhari dan Muslim)